Februari 13, 2009

My Dreams Come True


Kutatap langit tak bertuan
Terlihat mendung bawa cahaya
Berharap padanya bawaku pergi
Hadirkan pelangi hiasi hati
Seperti kata cahaya
Penyinar bulan di malam sepi

Saat ku membuka mata
Dirimu kan hadir di sini
Di depan mataku
Di dekat hatiku



Dentingan piano yang diselingi nyanyian merdu seorang
cewek berumur 17 tahun terdengar sayup-sayup di tengah ruangan seluas 4 x 4 meter yang dipergunakan untuk ruang musik. Tania berhenti memainkan piano saat dilihatnya mama melongok dari balik pintu sambil tersenyum. “ah..mama..masuklah, begitu Tania buka mata eh ada mama di depanku” Tania nyengir “hehe..kebetulan ya? Tapi lagunya bagus sekali, ciptaanmu Tan?” “iya ma, bagus toh? Lagu pertama ni ma” jawab Tania bangga “iya sayang, mainkan lagi lanjutannya ya mama ingin dengar nih” pinta mama sambil mengelus pundak anak semata wayangnya. “tapi ma, lanjutannya belum Tania temukan nih, lagi dipikirin” Tania menjawab dengan wajah memelas “hmm..ya sudah kamu makan dulu nanti bisa diselesaikan ok?” “ya deh ma, mama turun dulu bentar lagi Tania gabung ya ma” mama mengangguk dan beranjak keluar ruangan dan menutup pintu Tania mendesah, “sampai kapan ku kan menunggu?? Wahai alam tunjukkan keajaibanmu…” Tania memandang keluar jendela, taman kecil yang tertata apik dan terlihat hijau sedikit demi sedikit mulai kabur digantikan gerimis dan kemudian disusul dengan hujan lebat. Mendadak perut Tania berbunyi, cepat-cepat ia turun ke ruang makan sebelum dipanggil mamanya lagi

_@-@_

Sore ini mendung seperti biasa di musim hujan udara
jadi semakin menusuk. Tania merapatkan jaketnya, turun dari tempat tidur dan beranjak ke ruang musik di sebelah kamarnya. Di bukanya piano itu dan ditekannya tuts-tuts perlahan-lahan, secara refleks dinyanyikannya lagu ciptaanya yang baru setengah jadi.

ku dengarkan suara pelangi

sambutku dalam gerimis

seperti kata cahaya

kan temukanmu
di depan mataku
bila cahaya tak lagi bersinar
adakah pelangi kan temani rindu
bila kata cahaya yang indah
tak lagi terdengar
ditengah gerimis
adakah pelangi kan bernyanyi


Tania tersenyum puas, lagunya telah selesai.
Dimainkannya lagi lagunya dari awal hingga akhir, sambil menyanyi dan memainkan pianonya Tania menutup matanya, sedikit demi sedikit bulir-bulir menguncur dari matanya. Setelah lagunya selesai dibukanya matanya, Tania terkejut ada cowok berdiri di depan pianonya sambil menopang dagu memperhatikannya “Aldo!!! Sejak kapan lo di sini?!” teriak Tania sambil cepat-cepat menghapus air matanya “ssstt…jangan teriak-teriak donk tar orang sekampung denger lho!” Aldo cengengesan “iya tapi sejak kapan….?” “sejak kamu menutup mata” sela Aldo sambil tersenyum, wuiihh..senyumnya memabukkan “Bagus banget lagunya nih, lagunya siapa?” Aldo duduk di samping Tania, menekan tuts piano satu-satu, Aldo sebenarnya tidak bisa bermain piano, tapi paling jago biola. “laguku. baru aja jadi ni” jawab Tania bangga “O ya? Keren donk adek gue bisa jadi musisi” puji Aldo “Sapa dulu donk gurunya??” goda Tania “Aldo gitu loh” Aldo menepuk dadanya lalu tertawa, Tania ikut tertawa “hei, ada apa tumben ke sini?” Tanya Tania wajah Aldo berubah mendung, dimainkannya tuts piano asal-asalan, Tania mengerutkan kening heran, ditunggunya Aldo menjawab. Selang agak lama Aldo mendesah, Tania tetap menunggu “aku baru aja putus” Tania membelalak kaget, ditahannya keinginan untuk bertanya agar Aldo terus bercerita. Aldo menarik nafas panjang “seperti katamu Lia ternyata berselingkuh,” lanjutnya, “tadi aku ke rumahnya, tak sengaja aku melihatnya berciuman dengan cowok lain, setelah ketahuan dengan entengnya Lia minta putus” Aldo menunduk, air matanya keluar sedikit dan langsung dihapusnya cepat-cepat, “aku jelas gak terima ternyata selama ini hanya aku yang memiliki perasaan ini, selama ini aku gak pernah berarti baginya, selama ini aku cuma jadi tumbalnya! Aku gak terima!” Melihatnya Tania gak tahan, digenggamnya tangan kakak angkatnya, tiba-tiba Aldo memeluknya erat. “pinjam bahumu ya, Tan” lirihnya Tania mengangguk sambil mengelus punggung Aldo yang bergetar hebat. Baru kali ini Tania melihat kakaknya menangis, baru disadarinya rasa cinta kakaknya begitu besar terhadap Lia. Mereka berpacaran cukup lama sekitar tiga tahun lebih, dan dengan mudahnya Lia mencampakannya, benar-benar cewek brengsek. “Do, aku yakin tak seperti itu keadaannya. Dulu dia mencintaimu apa adanya seperti kamu mencintainya. Tapi tahun demi tahun berubah, seiring jalan hidup kita masing-masing. Dan seiring waktu, dia memilih jalan hidupnya sendiri yang bertentangan denganmu” Tania melepaskan pelukannya dan memandang Aldo yang diam menunduk memandang tuts piano, lanjut Tania “tapi, seiring waktu itu pula setiap perasaan yang ada di hati akan mengikuti arusnya, alur hidupmu akan mengubah perasaanmu yang sekarang, entah jadi benci, semakin cinta, berubah sayang atau drastis biasa saja. Setiap perasaan yang kita alami sebenarnya adalah indah, asal kita tidak melibatkan emosi yang tak stabil untuk membuatnya menjadi tak terkendali. Do, sekarang ini apa yang kamu rasakan sekarang memang sakit dan benci, tapi buatlah perasaanmu terukirkan menjadi indah, misalnya…..lewat lagu??” Tania mengelus tangan Aldo dan tersenyum. Aldo mangangkat tangannya, memainkan tuts-tuts piano asal-asalan. Aldo menoleh memandang Tania agak lama, Tania masih tersenyum manis. Aldo tersenyum, “makasih ya, Tan. Kalau gak ada kamu gimana ya?” Tania tersenyum dan mengangguk, tangannya refleks memainkan lagu Moments, Aldo bangkit dari duduknya dan mengambil biola yang terletak dalam lemari dekat jendela di ruang itu, diikutinya alunan lagu yang dimainkan Tania hingga selesai Plok! Plok! Plok! Terdengar tepukan di dekat pintu, Aldo dan Tania menoleh ternyata papa Tania “Bagus sekali! Papa sampai terharu, kenapa kalian tidak bikin konser duet saja?” “duh..papa ngagetin aja, yaelah gak kepikiran tuh, gimana menurutmu Do?” Tania memandang Aldo, Aldo tersenyum dan mengangguk “Ide bagus, kalo gitu kita mesti kerja keras kan?” Tania mengangguk, papa Tania tersenyum “Hmm…kalau gitu kayaknya kalian juga gak bakal nolak apa yang papa bawa ini kan?” papa Tania menyodorkan selebaran yang dibawanya “apaan tuh..?” Tania mengambil selebaran dari tangan papanya dan dibacanya dengan Aldo. Rupanya pihak Sony music mengadakan audisi terbuka bagi penyanyi solo maupun duet atau trio, boleh pakai alat musik, boleh juga tidak. Tania memandang Aldo mencari kepastian, Aldo memandang Tania, kemudian mereka memandang papa Tania. Papa Tania tertawa, “ yah itung-itung buat awal debut gimana? Audisinya masih dua bulan lagi, kalian persiapkan diri saja dulu, kalau berminat baru daftar” Tania dan Aldo berpandangan, tersenyum dan mengangguk “ok deh kami coba ya pa, thanks deh” Tania memeluk papanya erat., papa Tania tersenyum kemudian pamit keluar “Hmm..kalau gitu kita tentuin aja lagu-lagu untuk persiapan audisinya” Aldo beranjak ke rak kecil mengambil tumpukan partitur lagu, membawanya ke karpet dan membolak balik halaman partitur, Tania mengikutinya.
_@-@_

Suara bu Fari guru kimia terdengar samar-samar
ditelinga Tania, matanya berat sekali dan perutnya sudah mulai konser, waktu pulang masih satu jam lagi. Tak tahan akhirnya Tania tertidur pulas. Dita teman sebangkunya melirik dengan perasaan was-was sambil sekali-kali menyenggol Tania, tapi Tania terlanjur tertidur pulas. Tiba-tiba.. “Miss Tania!!” teriakan bu Fari mengagetkan Tania, cepat-cepat ia bangun dan menjawab, “Hadir, Bu!” kontan satu kelas tertawa berderai, Bu Fari menggeleng-geleng sambil mendengus kesal “Ini bukan jamnya absensi miss. Tania, cuci mukamu sana” perintah Bu Fari, dengan lemas Tania bangkit dari duduknya beranjak ke WC “Huaah… ngantuk sekali” Tania menguap lebar-lebar sambil menggeliat, dan cepat-cepat ke WC Sehabis cuci muka, Tania bertemu Aldo yang baru keluar dari WC “hai Tan” Aldo menepuk pundak Tania, Tania menoleh “hai juga, Do. Kebetulan, tadi ngapain? ” Tanya Tania “biasa..hehe..e entar jadi daftar kan di Galeria lho?” “iya lah tar pulang sekolah tunggu di kantin dulu ya” Aldo mengangguk sambil mengacungkan jempol, kemudian mereka balik ke kelas masing-masing. Di kelas, Tania ditunggu soal kimia yang ditulis oleh bu Fari, “Sudah selesai Tania? Sekarang waktunya menjalani hukumanmu, kerjakan soal nomor satu di depan” Tania mendesah, dikerjakannya soal di papan tulis itu dengan tenang, memang Tania jago kimia jadi soal segitu juga gampang buatnya. Setelah selesai, Tania kembali ke bangkunya, bu Fari memeriksa jawaban Tania kemudian melanjutkan mengajar lagi.
_@_@_


Hari audisi tinggal dua minggu lagi, tapi Aldo tak
pernah kelihatan sejak pendaftaran di Galeria. Tania bingung, sudah berkali-kali dihubunginya Aldo tapi tidak pernah bisa, tadi siang saat istirahat Tania tidak menemukan Aldo di kelasnya, kata temannya Aldo beberapa hari ini tidak masuk tanpa keterangan yang jelas. Tania khawatir ada yang terjadi dengan Aldo. Akhirnya Tania memutuskan menjenguk Aldo di rumahnya hari ini juga sepulang sekolah. Ting…Tong… Tania memencet bel rumah Aldo, kedatangan Tania disambut Brino anjing Dalmatian kesayangan Aldo. Tak lama mama Aldo keluar membukakan pintu pagar untuk Tania. “Hai Tan, apa kabar? Cari Aldo ya? Masuk saja ke kamarnya” sambut mama Aldo “Tania baik kabarnya tante, iya Tania langsung ke sana saja ya sekarang” Tania beranjak ke kamar Aldo. Di dalam Aldo sedang memainkan biolanya dengan lembut, kamarnya yang biasanya rapi karena sering dirapikan oleh mamanya, terlihat berantakan. Tania menggeleng-geleng heran, ada apa denga anak ini? Piker Tania. Tania menepuk pundak Aldo pelan, Aldo tersentak dan menoloak, “hei Tan, ada apa? Sejak kapan kamu di sini?” Tanya Aldo ramah. “baru saja,” Tania tersenyum, “ada apa Do? Wajahmu kusut begini, ada masalah?” Tania bertanya lembut. Aldo menunduk, menggeleng “kau tak perlu tahu, bukan urusanmu kan?” jawab Aldo pelan. Tania kaget, “O..jadi begitu anggapanmu ke aku yah?? Bukan urusanku heh??!! Kamu itu udah bikin aku kelimpungan tau!! Biar cuma adek tapi aku punya hak buat tau apa masalahmu soalnya mempengaruhi latihan kita!! Ngerti nggak siihh??!!” Tania berteriak marah. Aldo menatap Tania sesaat, kemudian menunduk dan mendesah, sesaat kemudian mendongak menatap lurus ke depan, “kita…batalkan saja audisinya ya?” sahut Aldo tanpa menatap Tania. “Apa???!!! Batal?? Kamu….kamu….kamu lupa yah sama impian kamu? impian aku? Impian kita??” jawab Tania terbata-bata, airmatanya keluar perlahan. Aldo menggeleng, pandangannya tetap lurus ke depan, “kamu berbakat Tan, kamu bisa ikut audisi tanpa aku Tan” “TIDAK!!!” teriak Tania, “impianku, impianmu adalah impian kita, kau sendiri yang bilang kan?!! Teganya Do…kamu..JAHAT!!!” Tania berlari ke luar mengambil mobilnya dan pulang. Di kamarnya Aldo tertegun, sesaat kemudian menggeleng dan mengangkat bahu, diambilnya biolanya dan dimainkannya perlahan. Tanpa sepengetahuannya, mamanya memandang Aldo dengan iba di pintu.
_@_@_

Audisi tinggal seminggu lagi, Tania sudah tidak
bersemangat latihan. Papa Tania khawatir dengan keadaan anaknya, dibujuknya Tania agar latihan dan tetap bersemangat. Tania tak bergeming, sudah seminggu sejak kejadian di rumah Aldo, Tania tak pernah menyentuh pianonya lagi. Malam ini Tania melamun di taman belakang rumahnya, sesekali ia terisak lalu cepat-cepat menghapus air matanya. Mama Tania prihatin melihat keadaan anaknya. Mama Tania hendak menghampiri anaknya ketika sebuah tangan menyentuh pundaknya, mama Tania menoleh dan tersenyum kemudian mengangguk. Melodi biola yang mengalun lembut mengagetkan Tania, digerakkannya kepalanya mencari sumber suara, dilihatnya bayangan hitam didekat pohon di kursi taman seberang dekat kolam, memegang biola sambil memainkan lagu yang lembut. Tania tertegun, lagu itu lagu yang diciptakannya. Bagaimana mungkin orang itu bisa memainkannya? Tanpa sadar Tania bangkit berjalan menuju arah bayangan itu. Dalam keremangan malam, Tania tahu siapa yang berdiri di situ, perlahan Tania mendekat. Sesampainya di depan bayangan itu, melodi lagu itu telah habis. “Tania, mari kita raih impian kita” sahut bayangan itu sambil mendekat. Tania tersenyum, dipeluknya Aldo dengan erat. “Tania kangen kakak, jangan tinggalin Tania lagi yah??” Aldo tersenyum dan mengangguk, “Iya sayang” Tania terkejut, baru pertama kalinya Tania mendengar Aldo berbicara selembut itu, jantung Tania deg-degan wajahnya panas. Cepat-cepat dilepaskannya pelukkannya, “ih..apaan sih norak tahu!!” Aldo tertawa, “tapi kamu suka kan?”, wajah Tania memerah,”ih suka apanya? Bukan tipe Tania lagi” jawab Tania ngeles. “yee…gak suka kok wajahnya kayak tomat gitu?? Ngeles lagi…hahahhaa” BUK!! “auw..!!” kaki Aldo ditendang Tania, cepat-cepat Tania menghindar, Aldo mengejarnya keliling taman, setelah hampir tertangkap Aldo terpeleset dan masuk kolam, Tania tertawa terbahak-bahak “Hei jangan cuman ketawa doang, bantu aku naik dong!!” sahut Aldo kesal “gak mau ah, tar aku ditarik ke situ” jawab Tania enteng “Heh..serius niihh…dingin banget tau! Ayo dong…masa sama kakak sendiri ini” akhirnya Tania gak tega juga, diulurkannya tangannya menggapai tangan Aldo. Tapi seperti dugaannya, belum sempat Tania berpegangan biar gak jatuh, tangan Tania sudah ditarik masuk kolam “aaahhh…..!!! siaaaal!! Aldo brengsek!!!” umpat Tania Aldo tertawa terbahak-bahak, dicubitnya pipi Tania dengan gemas kemudian berenang menghindar lalu cepat-cepat naik ke atas. Tania cemberut, dengan lemas dia berenang dan naik ke atas. Mama Tania membawakan mereka handuk dan baju bersih untuk Aldo, sejak tadi mamanya memang memperhatikan mereka. Aldo jadi gak enak hati, “duh..tante, maaf ya ngerepotin” “haha..gak apa, yang penting Tania jadi seneng tuh” wajah Tania memerah lagi, mama Tania dan Aldo tersenyum-senyum ngelihat wajah Tania, “ih..mama apaan sih?? Tania ganti baju dulu ya ma, Do duluan!” Tania beranjak ke kamarnya. Setelah mengeringkan badannya, Tania dan Aldo kemudian berlatih lagi.
_@)_@_


Hari audisi tiba, Tania gugup sekali. Berkali-kali
dilihatnya jam di dinding, menengok Aldo, melihat bawah. Sesekali kakinya bergerak-gerak gak bisa diam. Aldo yang melihat tingkah gugup Tania kemudian tersenyum, digenggamnya tangan Tania dengan erat. Tania terkejut dan menatapnya, Aldo balas menatapnya lembut dan tersenyum. Entah kenapa, Tania jadi merasa tenang dibuatnya. Sejenak kemudian nama Aldo dan Tania disebut, Aldo menggandeng Tania keluar panggung, kemudian mereka melakukan aksinya di panggung. Tangan Tania dengan lembut memainkan tuts piano, Aldo mengiringi dengan biolanya, setelah aransemen kemudian suara merdu Tania mengalunkan melodi yang indah lagu ciptaannya sendiri yang dibawakannya dengan penuh perasaan. Penonton dan juri dibuat takjubndengan duet yang sangat indah ini. Sepuluh menit kemudian duet mereka selesai, gemuruh tepukan tangan membahana menyambut penampilan mereka yang sangat memukau. Tania terharu sekaligus terkejut, tidak menyangka sambutannya akan semeriah ini. Aldo menggandeng tangannya kemudian menundukkan badannya memberi hormat kepada penonton dan juri kemudian keluar panggung. Aldo masih memegang tangan Tania, dibawanya Tania hingga ke belakang panggung, ketempat yang sepi. Didudukkannya Tania kemudian pergi, Tania bingung dengan tingkah Aldo. Sesaat kemudian Aldo kembali membawa dua botol aqua dan menyerahkannya ke Tania sambil tersenyum, “Selamat!! Aplaus yang meriah yah ternyata” Tania mengangguk lalu meneguk air di dalamnya melepas tegang. Aldo mengambil tempat duduk di sebelahnya, suasana lenggang, hanya samara-samar terdengar suara dari panggung. Tania grogi, bingung mau ngomong apa, untung Aldo yang membuka percakapan, “Tan, hmm….” Aldo memandang ke atas, langit malam indah sekali. “ya?” jawab Tania sambil ikut memandang ke atas. “aku…mau minta maaf, soal dulu aku ngomong gak bener sama kamu, aku sadar aku salah. Tapi aku punya alasan, kamu tau kan aku gak mungkin ngomong macem-macem tanpa alasan?” Aldo bicara tanpa memandang Tania. Tania diam saja tanpa komentar, Aldo melanjutkan, “alasan itu cuma satu, aku…aku menyayangi seseorang…” JEDEERR!! Kata-kata itu panas sekali di telinga Tania, “dan aku takut kalau rasa sayangku mempengaruhi latihanku. Aku bisa gak konsen latihan dan bisa pula menghancurkan semua latihan kita…”lanjut Aldo, “tapi aku sadar, di atas semua perasaanku, impian kita sangatlah besar, gak mungkin aku harus nurutin perasaan sentimenku kalo aku ingin menggapai impian, jadi malam itu aku datang ke rumahmu. Aku terkejut melihat keadaanmu, lalu kuambil biola dari ruang musik dan memainkan lagu ciptaanmu…” “tapi, gimana caranya kamu kok…”sela Tania,”sstt….dengarkan dulu” potong Aldo sambil menyentuh bibir Tania dengan jarinya. “sudah lama aku mencoba-coba nada yang pas dengan lagu yang kamu mainkan tempo dulu, agak susah soalnya kamu memainkannya cuma sekali di depanku, baru jadi setengahnya waktu itu. Akhirnya aku memutuskan untuk datang ke rumahmu, maksudku buat intip kamu main piano trus pulang dan mencoba lagumu itu, melihat kondisimu aku jadi iba, lalu kuambil biola dan kumainkan nada yang sudah jadi setengahnya. Untung Tuhan berpihak padaku, kamu menghampiriku saat setengahnya selesai kumainkan, kalau tidak…apa jadinya?” Aldo tersenyum dan memandang Tania yang menunduk. Hati Tania sedih sekali mengetahui perasaannya bertepuk sebelah tangan untuk yang kedua kalinya, ingin rasanya Tania menangis, tapi ia tahu ia harus tegar dan menutup hatinya rapat-rapat untuk Aldo. “Tania…” Aldo memanggil namanya lembut, diangkatnya dagu Tania yang menunduk, “mau tahu siapa cewek yang kusayangi?” Tania ingin sekali menggeleng, tapi kepalanya terlanjur mengangguk, hatinya kembali sakit. Aldo tersenyum, diciumnya dahi Tania, Tania terkejut dipandangnya Aldo dengan tatapan bertanya, “yang kusayangi itu kamu” jawab Aldo. Tangis Tania membuncah, bukan lagi rasa sakit hati, tapi perasaannya yang tak dapat ditahan lagi, dipeluknya Aldo erat-erat. “Tania juga sayang Aldo” jawab Tania disela isak tangisnya. Aldo melepas pelukan Tania, mengambil sapu tangannya dan menghapus air mata Tania, “jangan menagis, nanti kalau kita menang kan kamu yang bakal maju bawain ucapannya” Aldo tersenyum, Tania mengangguk. Tak lama, pengumuman juara pun keluar. Tania dan Aldo keluar sebagai juara pertama kategori duet musik terbaik. Tania merasa hari itu, hari paling bahagia dalam hidupnya.

Yeah..my sunset
I found my heart

I found my love

And forever
I’ll keep it 4 u


-irene-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar